Agar anak bermotivasi karena Allah sejak dini
Hal penting yang sering luput dari perhatian orang tua adalah motivasi yang benar sejak dini. Hal ini pula yang mendorong saya untuk sehati-hati mungkin memotivasi anak. Anak saya memang masih kecil-kecil. Anak pertama kelas 1 SD berusia 7 tahun, dan anak kedua Februari tahun 2009 akan genap 4 tahun. Saya beruntung sebelum menikah dan sebelum mempunyai anak pernah membaca beberapa buku yang membahas masalah anak dari mulai kesehatan fisik, perkembangan psikologis sampai kecakapan spritualnya.
Saya menghindari sedapat mungkin memotivasi anak-anak saya untuk melakukan atau menghindari sesuatu dengan orientasi-orientasi materi. Dalam hal shalat misalnya, sejak mereka bisa nyambung kalau diajak ngobrol saya mencoba mengenalkan dulu Allah, Tuhan yang membuat mereka ada. Dari mulai bernyanyi sederhana dengan lagu Pelangi yang diakhiri dengan ungkapan pelangi, pelangi, ciptaan Allah. Lewat obrolan ringan sering saya menanamkan keyakinan bahwa semua ada karena Allah yang menciptakannya. Kemudian baru beralih kepada perhatian Allah kepada mereka. Target besar saya dalam setiap kesempatan adalah menanamkan kesadaran bahwa Allah sangat sayang kepada mereka. Memberi mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk bicara, kaki untuk berjalan, dan seterusnya. Kemudian barulah pembicaraan masuk pada perlunya berterima kasih kepada Allah yang sedemikian baiknya itu. Dan terima kasih itu adalah lewat shalat. Sejauh ini saya hindari betul memotivasi anak shalat dengan iming-iming uang atau penghargaan materi lainnya. Meski cara yang saya lakukan ini tidak serta merta membuat anak saya keranjingan shalat, tetapi saya yakin bahwa apa yang sedang saya siramkan pada dirinya –kalau pun tidak sekarang- kelak akan tumbuh menjadi tanaman yang berbunga dan berbuah.
Begitu pun dalam berbagi dan berbuat baik kepada sesama, ajaran bahwa Allah akan menyenangi dan menyayangi kita bila kita baik kepada orang lain saya jadikan jurus untuk merayu anak. Pendek kata, saya mencoba menumbuhkan sejak dini kesadaran spiritual anak. Pernah suatu hari anak saya yang paling besar mengikuti lomba. Sebelum saya yang tidak bisa mengantarnya membisikkan sesuatu kepadanya. "Baca Bismillaah dulu ya biar dibantu dan dijaga Allah". Sepulang dari lomba anak saya dengan tersenyum bahagia bercerita, "Ummi Syarah menang lomba nya. Allah nolong Syarah ya." Saya sungguh terharu, ia telah mampu menghadirkan Allah dalam peristiwa yang dialaminya.
Saya juga menumbuhkan spiritualitas mereka melalui berdo'a. Ada pengalaman menarik. Saya ajarkan kepada mereka bahawa bila hujan turun dan kita berdo'a Allah akan mengabulkan do'a kita (ini sesuai dengan anjuran hadits tentang saat ijabah do'a). Sampai sekarang bila hujan turun anak-anak saya sontak berteriak, "ayo berdo'a. kita minta kepada Allah. Aku mah mau …"
Saya menyadari betul bahwa cara yang saya lakukan tidak serta merta merubah anak saya. Saya hanya yakin bahwa anak dapat memahami apa yang kita sampaikan dan nasihat yang kita sampaikan ibarat menyiram tanaman yang akan menumbuhkannya di masa mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar