Hasil Pencarian Anda

Silahkan Tik Yang Anda Cari

Senin, 06 April 2009

BENARKAH ADA SEKOLAH UNGGULAN?; Sebuah Penelitian (Part-1)


PROLOG

Berkenaan dengan paparan konsep sekolah efektif sebagai alat analisa sekolah unggulan yang menjadi tema makalah ini, berikut ini akan dipaparkan definisi, perkembangan, karakteristik, dan pengukuran efektitas sekolah. Referensi utama pembahasan ini berbasis pada internet resources yang sengaja dipilih untuk dapat melihat peta diskusi dan perkembangan mutakhir wacana sekolah efektif tersebut, di samping alasan praktis pragmatis sebagai bentuk pemanfaatan ICT (Information and Technology Information) dalam riset pendidikan.

1. SEKOLAH UNGGULAN = SEKOLAH EFEKTIF?

Sebagai telah diperkenalkan di awal makalah ini bahwa term sekolah unggulan adalah “terjemah bebas” dari effective school. Dalam diskursus ilmu pendidikan, esensi sekolah unggulan merujuk kepada term effective, efficience, develop, accelerate, essential dan high performance school.[1] Sedangkan excellent school yang sepadan dengan sekolah unggulan sangat jarang digunakan. Poster misalnya, meskipun memberikan judul Creating an Excellent School untuk bukunya, namun dalam content nya sendiri selalu merujuk pada Effective School. Dalam pada itu, maka penulis lebih memilih effective school sebagai pijakan terminologi sekolah unggulan. Namun demikian, pemadanan term sekolah unggulan dengan efficience school dan excellent school memiliki dimensinya tersendiri yang juga patut dikaji.

Gagasan sekolah efektif dipopulerkan oleh Ronald Edmonds[2]. Edmonds mengusung tesis bahwa sifat sekolah merupakan faktor penentu yang penting terhadap prestasi akademik. Kesimpulan Edmonds ini adalah antitesis terhadap Coleman yang meragukan kemampuan sekolah dalam mencerdaskan anak didik.[3] Merujuk pada penelitian Edmonds sekolah efektif dirumuskan sebagai sekolah yang mengorganisasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk menjamin semua siswa bisa mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah.[4] Relevan dengan itu Barbara O Taylor mendefinisikan sekolah efektif sebagai sekolah yang berakar pada tiga asumsi dasar yaitu semua siswa dapat belajar, memiliki fokus terhadap pembangunan organisasi sekolah sebagai unit perubahan, dan semua proses tersebut didorong oleh manajemen berbasis sekolah.[5] Sementara Cyril Poster menambahkan satu syarat utama sekolah efektif yaitu target dan tujuan yang jelas yang hendak dicapai sekolah. Menurutnya sebuah sekolah efektif tidak harus unggul dalam pengertian menjadi yang terbaik di antara sesamanya. Tetapi yang terpenting adalah mempunyai tujuan dan target untuk dicapai.[6]

Substansi yang dapat disimpulkan sebagai pengertian sekolah efektif dari paparan terdahulu adalah sekolah yang mampu merumuskan tujuan dan misinya dengan baik dan mengupayakan ketercapaiannya dengan memberdayakan seluruh komponen sekolah sejak input, proses, sampai out put secara optimal. Kondisi seperti ini lah yang memungkin seluruh siswa dapat benar-benar belajar dan melejitkan potensi dirinya. Tanpa harus mengunggulkan dirinya dengan melabeli diri sebagai sekolah unggulan, sekolah efektif adalah sekolah yang eksis dan survive di tengah persaingan global dewasa ini.

Terkait dengan itu, keunggulan, yang disematkan kepada sekolah-sekolah tertentu di Indonesia masih memicu kontroversi di kalangan akademisi. Unggul berarti lebih baik dari yang lain. Unggul juga menunjukkan adanya puncak-puncak prestasi yang hanya bisa dicapai oleh orang yang paling kompeten. Unggul juga merujuk pada kriteria dan urutan peringkat dalam skala yang ditentukan suatu pihak yang belum tentu diterima dengan senang hati dan disepakati. Patut dikritisi, ketika berbicara sekolah unggulan, unggul dalam hal apa? Tiap sekolah sebenarnya terlihat unggul dalam beberapa hal dan tidak pada beberapa hal lainnya. Lebih lanjut, patut dikritisi juga, siapa yang mendefinisikan keunggulan dalam konteks ini? Agenda siapa yang dilayani? Perangkat apa yang dipergunakan untuk mempertimbangkan cakupan keunggulan itu?[7]

Depdiknas sendiri sebagai isntitusi yang paling kompeten dalam menangani masalah pendidikan di Indonesia belum mengumumkan adanya sekolah unggulan. Yang dilakukan Depdiknas lebih pada memetakan peringkat sekolah melalui hasil Ujian Nasional dan pengelompokkan sekolah ke dalam Sekolah Standara Nasional (SSN) dan Sekolah Standar Internasional (SSI).[8] Pun demikian, ketika status sekolah unggulan ini dikonfirmasikan kepada SMA Al-Ma’soem, sangat terbaca dengan jelas keengganan SMA Al-Ma’soem melabeli dirinya dengan sekolah unggulan. Bagi SMA Al-Ma’soem, status unggulan adalah labeling yang diberikan masyarakat terhadap kinerjanya. Unggul atau tidaknya SMA Al-Ma’soem masyarakat yang akan menilai. SMA Al-Ma’soem hanya berkomitmen mewujudkan sekolah yang berkualitas dan memberikan layanan yang terbaik.[9] Komitmen menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas di SMA Al-Ma’soem juga ditegaskan dalam latar belakang pendiriannya.[10]

Refleksi dari perdebatan semantik penggunaan term sekolah unggulan dan kecenderungan SMA Al-Ma’soem untuk menghindarinya adalah pentingnya merumuskan tujuan yang menjadi pijakan bagi semua tahapan berikutnya. Tidak jarang ditemukan sekolah yang masih bingung merumuskan dan mengomunikasikannya. Poster misalnya, menyampaikan kritik bahwa tujuan sekolah sering terlihat hambar, tidak menarik, verbalistik, serta jarang memiliki arah ungkapan yang memiliki arah ungkapan yang dapat mengilhami usaha atau kejutan besar.[11] Tujuan juga sering dianggap enteng dan sepele. Kemampuan merumuskan tujuan dengan baik juga mengisyaratkan kemandirian sekolah. Hanya sekolah yang benar-benar otonom yang mampu mengekspresikan kemauan dirinya. Berdasarkan ini maka pembicaraan sekolah efektif akan selalu terkait dengan aplikasi Manajemen Berbasis Sekolah.



[1] Lihat ERIC (Education Resources Information Center), abstract of School Based Manajemen:Organizing for High Performance, author Susan Albers Mohrman, artikel diunduh pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://eric.ed.gov/ERICWebPortal/Home.portal?_nfpb=true&ERICExtSearch_SearchValue_0=School+Based+Management%3A+Organizing+for+High+Performance&searchtype=basic&ERICExtSearch_SearchType_0=ti&_pageLabel=RecordDetails&objectId=0900019b800a433a&accno=ED383075&_nfls=false

[2] Ronald Edmond adalah Direktur pada The Center for Urban Studies Harvard University. Lihat Association of Effective Schools.Inc, What is Effective School Risearch, artikel diunduh pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://www.mes.org/esr.html

[3] Lihat Cyril Poster, Creating an Effective School, h. 1 dan 11

[4] Lihat Association of Effective Schools.Inc, Correlate of Effective School, artikel diunduh pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://www.mes.org/esr.html

[5] Lihat Barbara O Taylor, Case Studies in Effective School Research,(Madison: Winconsin Center for Education Research) h. 10

[6] Lihat Cyril Poster, Creating an Excellent School, h. 213

[7] Terkait dengan pijakan terminologi sekolah unggulan ini, Nurkhalis memberikan kritik bahwa sebutan sekolah unggulan itu sendiri kurang tepat. Kata “unggul” menyiratkan adanya superioritas dibanding dengan yang lain. Kata ini menunjukkan adanya “kesombongan” intelektual yang sengaja ditanamkan di lingkungan sekolah. Lihat Nurkhalis, Sekolah Unggulan Yang Tidak Unggul, artikel diunduh tanggal 30 Mei 2008 dari http://re-searchengines.com/nurkolis3.html (kumpulan artikel dalam situs resmi Pendidikan Network).

[8] Lihat Republika, Mencari Sekolah Terbaik, artikel diunduh pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://http//www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=320052&kat_id=506

[9] Disarikan dari hasil wawacara dengan Sumartono, PKS Kurikulum SMA Al-Ma’soem pada tanggal 8 Mei 2008

[10] Lihat, Yayasan Pendidikan Al-Ma’soem, Setahun Bersama Al-Ma’soem, (Bandung: Yayasan Pendidikan Al-Ma’soem, 2007) h. 1

[11] Lihat, Cyril Poster, h. 216



Tidak ada komentar: