METODE ALTERNATIF PEMBELAJARAN AKHLAK
DI SMI AL-MUHAJIRIN PURWAKARTA
A. Rasional
Tujuan utama pendidikan yang selama ini terabaikan atau gagal tercapai adalah pembentukan karakter (character building). Pengabaian atau kegagalan ini dapat dilihat dari tingginya angka kenakalan remaja dari tahun ke tahun. Anak-anak tidak sopan ke pada orang tua dan orang yang lebih tua, kurang peduli terhadap sesama, kata-kata kotor yang jauh dari etika, perselisihan dan tawuran yang dengan sangat cepat mudah terjadi, pergaulan bebas, merokok dan narkoba, adalah pemandangan umum yang hampir pasti kita temukan di mana saja kita menemukan remaja.
Dalam pandangan Islam, pembentukan karakter (character building) ini sudah sangat jelas ditegaskan oleh Rasulullah saw sebagai misi kerasulannya. Bahkan dalam kajian lebih dalam yang dilakukan para ulama klasik dan kontemporer disimpulkan bahwa akhlak mulia sebagai hasil dari character building adalah jantung ajaran Islam. Maka tak diragukan lagi pembentukan akhlak mulia merupakan tujuan tertinggi bagi setiap lembaga pendidikan Islam. Namun dalam kenyataannya, banyak lembaga pendidikan Islam baik yang berlabel pesantren maupun madrasah tidak menunjukkan hal menggembirakan dalam masalah ini.
Berangkat dari pemikiran tersebut, SMI Al-Muhajirin sebagai lembaga pendidikan Islam menempatkan character building sebagai visi pendidikannya. Hal ini juga terlihat dalam motto Al-Muhajirin; BERPIKIR DINAMIS, BERAKHLAK SALAF, BERAQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH. Sebagai upaya mewujudkan visi tersebut maka SMI menetapakan akhlak mulia sebagai mata pelajaran tersendiri, di samping upaya pengembangan pembelajaran setiap mata pelajaran yang berbasis akhlak mulia.
B. Akhlak sebagai Mata Pelajaran Tersendiri
Secara teoritis ada dua pendekatan yang ditawarkan dalam pendidikan karakter atau pendidikan akhlak.
1. Akhlak mulia diposisikan sebagai mata pelajaran tersendiri
2. Akhlak diposisikan sebagai misi setiap mata pelajaran sehingga pembelajarannya berbasis dan bermisi akhlak mulia.
Dari dua pendekatan itu, SMI Al-Muhajirin memandang pendekatan pertama lebih efektif dalam mencapai pembentukan karakter atau akhlak mulia dimaksud. Dengan demikian, Mata Pelajaran Akhlak yang selama ini diajarkan dengan merujuk kepada hadits-hadits akhlak bukan Mata Pelajaran Hadits. Oleh karena itu maka menghapal hadits bukan tujuan utama mata pelajaran ini.
C. Metode Pembelajaran
Dalam pendidikan karakter menuju terbentuknya akhlak mulia dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan yang harus dilalui dan dicapai
1. Moral Knowing.
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan pembelajaran akhlak adalah
a. Siswa mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela
b. Siswa memahami secara logis dan rasional (bukan secara dogmatis dan doktriner) pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan
c. Siswa mengenal sosok Nabi Muhamad saw sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-haditsnya.
2. Moral Loving.
Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa, bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu berkata kepada dirinya sendiri, "Iya, saya harus seperti itu…" atau "Saya perlu mempraktekkan akhlak ini…" . Untuk mencapai tahapan ini guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh hati, modeling, atau kontemplasi. Melalui tahap ini pun siswa diharapkan mampu menilai dirinya sendiri (muhasabah), semakin tahu kekurangan-kekurangannya.
3. Moral Doing.
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktekkan nilai-nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, penyayang, jujur, disiplin, dan seterusnya. Selama perubahan akhlak belum terlihat dalam perilaku anak walaupun sedikit, selama itu pula kita memiliki setumpuk pertanyaan yang harus selalu dicari jawabannya.
D. CONTOH PENERAPAN METODE
Materi : Nilai akhlak dalam Hadits berikut
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا او ليصمت
Dalam tahap Moral Knowing, guru melempar pertanyaan apa akhlak mulia yang diajarkan oleh hadits tersebut? Apa akhlak tercela yang bertentangan dengan hadits tersebut? Siswa diminta mendiskusikan dalam kelompok kecil tentang
1. bentuk-bentuk real dari perkataan-perkataan yang baik dan jelek.
2. manfaat yang diperoleh dengan berkata-kata yang baik
3. dampak negatif dari kata-kata jelek
dalam tahapan ini akal dan otak anak diajak berfikir tentang pentingnya menjaga ucapan.
Dalam tahap Moral Loving, untuk menyentuh sisi emosional siswa guru dapat melakukan alternatif berikut
1. Menyampaikan kisah yang menarik dan menyentuh yang berkaitan dengan akhlak menjaga ucapan
2. Bermain peran atau sosiodrama. Siswa dibawa pada situasi bila mendapat perlakuan kata-kata yang baik dari orang lain. Apa yang dirasakannya? Sebaliknya bila ia mendapat perlakuan kata-kata buruk dan kotor, bagaimana perasaannya. Dengan cara ini diharapkan siswa sendiri yang menyimpulkan pentingnya menjaga ucapan.
3. Kontemplasi atau perenungan dengan mengajak siswa merenungkan berapa banyak orang yang telah tersakiti hati dan perasaannya karena kata-katanya? Dst.
4. Sharing pengalaman sesame siswa tentang nilai akhlak yang dibahas
Dalam tahap Moral Doing sebagai target puncak, guru perlu melakukan pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa. Untuk ini guru perlu menyiapkan format pengamatan termasuk meminta laporan dari sesame guru atau dari siswa yang lain. Sangat baik bila anak diberi PR mempraktekkan nilai akhlak yang telah dipelajari dengan cara setiap anak memiliki buku catatan harian yang berisi pengalaman mereka dalam upaya menerapkan akhlak tersebut apa adanya.
E. HAPALAN HADITS BUKAN TUJUAN MATA PELAJARAN INI
Hal ini sangat perlu ditekankan karena tugas menghapal hadits akhlak sering kali mengabaikan yang sangat mendasar dari tujuan mata pelajaran ini yaitu perubahan perilaku. Guru harus mulai mengalihkan fokus dari pengamatan terhadap koleksi hadits yang dihapal siswa kepada pengamatan perubahan perilaku. Namun demikian bacaan, terjemah dan hapalan hadits masih tetap dapat disampaikan sebagai tahapan Moral Knowing bukan akhir dan puncak dari mata pelajaran akhlak ini
F. 11 PRINSIP PENDIDIKAN AKHLAK YANG EFEKTIF
- Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai dasar karakter yang baik
- Mendefinisikan karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku
- Menggunakan pendekatan yang komprehensif, tajam, dan proaktif untuk membangun karakter
- Menciptakan komitas sekolah yang peduli/penuh perhatian
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk mempraktekan akhlak (moral action)
- Cakupan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghargai semua pelajar, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
- Mengupayakan pemeliharaan motivasi diri para siswa
- Memfungsikan staf sekolah sebagai komunitas moral dan komunitas belajar yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan upayakan untuk setia pada nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa
- Memelihara kepemimpinan moral dan dukungan yang luas dalam inisiatif pendidikan karakter
- Memfungsikan keluarga dan anggota komunitas sebagai mitra dalam mengupayakan pembangunan karakter
- Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan jangkauan siswa dalan manifestasi karakater yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar